Suatu saat, para wartawan mempertanyakan tentang hijab yang
dikenakan oleh Tawakkul Karman, wanita Arab pertama yang memenangkan
hadiah Nobel Perdamaian (tahun 2011). Dikatakan, pakaian hijab tersebut
tidak sebanding dengan tingkat intelektual dan pendidikannya.
Merespon pernyataan para wartawan, Tawakkul Karman menjawab, “Manusia
di zaman purba berpenampilan hampir telanjang, dan ketika tingkat
intelektualitas manusia makin berkembang, ia mulai menggunakan pakaian.
Bagaimana saya hari ini dan apa yang saya pakai hari ini merupakan
pemikiran dan peradaban tertinggi yang sudah dicapai manusia dan bukan
kemunduran. Adapun membuka busana itu kembali adalah kemunduran yang
akan membawa manusia kembali ke zaman purba," tandasnya seperti dikutip
dari themuslimtimes.org.
Tawakul Karman merupakan seorang jurnalis, politisi, sekaligus
aktivis HAM wanita. Muslimah asal Yaman ini merupakan anggota senior
sekaligus anggota Dewan Syuro Partai Islam Al Ishlah Yaman. Pada tahun
2011, ia menjadi wanita pertama Arab dan orang termuda yang pernah
meraih Nobel Perdamaian dan wanita Muslim kedua yang meraih Nobel.
Meraih Nobel pada usia 32 tahun, Karman menjadi pemenang Hadiah Nobel
Perdamaian termuda. Dia lahir pada 7 Februari 1979. Lebih muda dari
Mairead Maguire yang lahir 27 Januari 1944, yang merupakan penerima
penghargaan pada tahun 1976 yang sebelumnya memegang rekor peraih Nobel
Perdamaian termuda.
Sebelum tahun 2004, Tawakul Karman mengenakan cadar (niqab), namun kemudian ia melepas cadarnya karena menganggap cadar bukan bagian dari kewajiban pakaian Islam tetapi hanya budaya Arab. Meskipun melepas cadar, ia tetap mengenakan jilbab dan kemudian aktif dalam kegiatan sosial dan politik.
Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu." (Al Ahzab:59). [mzf]
0 comments:
Post a Comment