Mulai dari hal kecil seperti melatih anak memakai pakaian sendiri, cara makan, toilet training, melatih motorik halus dan kasar mereka, semua berawal dari seorang GURU bernama IBU.
Belum lagi
menjadi tempat bertanya dari berbagai pertanyaan “ajaib” anak, misalnya
“ibu, kenapa ikan kalau tidur matanya ngga merem?’, “ibu, Allah ada
dimana?”, bagaimana seorang ibu bisa menjawabnya bila tidak didasarkan
ILMU
Dan ketika
anak-anak sudah dewasa, Ibu pulalah yang mungkin akan ditanya pertama
kali oleh mereka, dan mengajarkan mengenai apa itu mimpi basah, haid,
jima’, cara mandi besar, dan hal mendasar lainnya. Hal itu tentu saja
memerlukan ILMU.
Ditambah lagi multiperan IBU sebagai chef, dokter pribadi, pengelola keuangan keluarga, dll.. juga membutuhkan ILMU sebagai pegangannya.
Oleh sebab itulah dalam banyak hadits, Rasulullah menuntunkan akan keutamaan ilmu, diantaranya :
Dari hadits Abu Hurairah Radhiallahu anha, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فيه عِلْمًا سَهَّلَ الله له بِهِ طَرِيقًا إلى الْجَنَّةِ“Barangsiapa yang menempuh satu jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah menudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR.Muslim:2699)
Kewajiban
menuntut ilmu itu berlaku bagi kaum laki-laki maupun wanita. Sehingga
amat disayangkan ketika saya membaca bahwa terdapat kaum yang berkuasa
dari suatu negara -yang notabene negara Islam- membelenggu kaum
wanitanya untuk memperoleh pendidikan. Dan hal tersebut sering digunakan
pihak lain untuk mendiskreditkan Islam, bahwa Islam adalah agama kolot
yg mengekang hak wanita utk berilmu. Padahal tuntunan dari Rasulullah
bukanlah demikian. Menuntut ilmu itu wajib, dan mengenai cara memperoleh
ilmu itu yang memerlukan pengaturan (misalnya : tidak ikhtilath lawan
jenis).
Rasulullah shollallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa sallam bersabda,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ“Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim. “[1] Hadits hasan diriwayatkan oleh sejumlah shahabat. Dishohihkan oleh Al-Albâny dalam Takhrîj Musykilatul Faqr hal 80 dan dihasankan oleh Syaikh Muqbil.
Berkata Ibnul Jauzy rahimahullâh, “Perempuan adalah seorang yang mukallaf seperti laki-laki. Maka wajib terhadapnya untuk menuntut ilmu tentang perkara-perkara yang diwajibkan terhadapnya, agar ia menunaikan ibadah tersebut di atas keyakinan. “[2] Ahkâm An-Nisâ` karya Ibnul Jauzy hal. 7
Dan tercatat indah dalam sejarah, bagaimana semangat para shahabiyâat radhiyallâhu ‘anhunnâ dalam menuntut ilmu dan bertanya akan berbagai problemetika yang tengah mereka hadapi tanpa terhalangi oleh rasa malu mereka. Hal tersebut menunjukkan kewajiban menuntut ilmu yang tertanam dalam jiwa-jiwa mereka yang terpuji. ‘Aisyah radhiyallâhu ‘anhâ berkata,
نِعْمَ النِّسَاءِ نِسَاءُ الْأَنْصَارِ لَمْ يَكُنْ يَمْنَعُهُنَّ الْحَيَاءُ أَنْ يَتَفَقَّهْنَ فِي الدِّينِ“Sebaik-baik perempuan adalah para perempuan Anshor. Tidaklah rasa malu menghalangi mereka untuk tafaqquh (memperdalam pemahaman) dalam agama. “[3] Dikeluarkan oleh Muslim no. 500, Abu Dâud no. 270 dan Ibnu Mâjah no. 634.
Lihatlah keteladanan ummahatul mukminin dan shohabiyah dari segi keilmuannya.
Aisyah -rodhiyallahu ‘anha- yang wawasan ilmunya luas serta menguasai masalah-masalah keagamaan, baik yang dikaji dari Al-Qur’an, hadits-hadits Nabi, maupun ilmu fikih, dan selain beliau ada juga Ummu Salamah dan Ummu Sulaim yang banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah -sholallahu ‘alaihi wasalam-. Mereka adalah tauladan nyata akan pentingnya muslimah untuk menuntut ilmu.
Aisyah -rodhiyallahu ‘anha- yang wawasan ilmunya luas serta menguasai masalah-masalah keagamaan, baik yang dikaji dari Al-Qur’an, hadits-hadits Nabi, maupun ilmu fikih, dan selain beliau ada juga Ummu Salamah dan Ummu Sulaim yang banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah -sholallahu ‘alaihi wasalam-. Mereka adalah tauladan nyata akan pentingnya muslimah untuk menuntut ilmu.
Ya, itulah
beberapa tuntunan Rasulullah mengenai urgensi ilmu dalam segenap
kehidupan kita, dalam hal ini utamanya bagi seorang muslimah, yang -bi
idznillah- akan menyandang gelar IBU, guru pertama bagi anak-anak
mereka.
Jadi jangan
berkecil hati duhai saudariku jikalau ada yang bilang “eman-eman
pendidikan tinggi-tinggi hanya sebagai ibu rumah tangga”. Percayalah
bahwa -bi idznillah- ibu yang berilmu itu adalah salah satu aset dalam
tumbuh kembang dan pendidikan anak serta pengelolaan keluarga.
Seorang
penyair Arab mengatakan, “Al Ummu Madrosatul Ula, Idzaa A’dadtaha
A’dadta Sya’ban Khoirul ‘Irq” (Seorang ibu adalah sekolah pertama bagi
anaknya. Jika engkau persiapkan ia dengan baik, maka sama halnya engkau
persiapkan bangsa berakar kebaikan). Insya Allah.
sumber : http://ummuyusufabdurrahman.wordpress.com
promoproduklanjar
0 comments:
Post a Comment