Keenam: Firman-Nya:
يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ
Maksudnya: Ilmu Allah عزّوجلّ meliputi perkara yang lampau dan yang akan datang,
Dia mengetahui yang sudah terjadi dan yang akan terjadi, ilmu-Nya meliputi
segala sesuatu, dan menghitungnya. Mana mungkin Dia tidak tahu, sedang-kan semua makhluk Dialah yang
menciptakan-nya, seperti firman-Nya:
أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ
Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan
atau rahasiakan); dan dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui? (QS. al-Mulk [67]:
14)
Dialah yang menciptakan semua makhluk dan yang mewujudkannya, Dialah
yang Maha Mengetahui semua urusan makhluk-Nya (silakan baca Surat al-Mulk ayat
no. 14).
Ada kisah: Sebagian orang kafir pada suatu hari berkata, "Saya bisa
menciptakan." Lalu ditanya, "Mana buktinya?" Dia mengambil daging, lalu
dipotong, lalu dicampur dengan kotoran hewan, lalu dimasukkan ke dalam bejana
tertutup rapat, lalu menyuruh orang agar menjaganya selama tiga hari, setelah
itu diserahkan dan dibuka, tiba-tiba bejana itu penuh dengan cacing, lalu dia
berkata, "Ini ciptaan saya." Sebagian orang yang hadir bertanya, "Berapa
jumlahnya?" Dia tidak tahu. Dia ditanya lagi, "Berapa yang jantan dan yang
betina? Dan apakah kamu yang menanggung pangannya?" Dia tidak bisa menjawab.
Lalu dikatakan kepadanya, "Pencipta tentu dia bisa menghitung jumlah ciptaannya,
mengetahui yang jantan dan yang betina, dan mampu menanggung kebutuhan hidupnya,
mengetahui berapa lama dia hidup dan kapan matinya." Akhirnya orang itu diam,
tidak bisa menjawab. (al-Hujjatufi Bayanil Mahajjah lit Taimi
1/130)
Ketujuh dan Kedelapan: Firman-Nya:
وَلاَ يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا
شَاء
Artinya: "Dan mereka tidak mengetahui
apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya." Ini
menunjukkan kelemahan makhluk, terbatas ilmu pengetahuannya, tidak memilikinya
kecuali sedikit. Allah عزّوجلّ berfirman:
وَمَا أُوتِيتُم مِّن الْعِلْمِ إِلاَّ قَلِيلاً
Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit. (QS. al-Isra'
[17]: 85)
Pertama kali manusia keluar dari rahim ibu-nya, dia tidak tahu apa apa
(seperti firman-Nya dalam Surat an-Nahl [16]: 78), akan kembali ilmunya menjadi
lemah dan hilang daya ingatan-nya (baca Surat an-Nahl [16]: 70), di tengah
perjalanan hidupnya ilmunya kekurangan dan sering lupa (baca firman-Nya dalam
Surat Thaha [20]: 115).
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, "Nabi Adam عليه السلام lupa dan lupa pula keturunannya."
Mereka tidak punya ilmu kecuali apabila Allah عزّوجلّ yang memberi ilmu (baca Surat al-Baqarah [2]: 32,
al-'Alaq [96]: 4-5, dan firman-Nya Surat ar-Rahman: 43). Dan do'a
beliau:
اللَّهُمَّ عَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي وَزِدْنِي عِلْمًا
"Ya Allah, berilah aku ilmu yang bermanfaat untuk diriku dan berilah aku
tambahan ilmu." (HR. Ibnu Majah no. 3833)
Maka mereka tidak punya ilmu melainkan apabila Allah عزّوجلّ memberikan taufik dan memudahkannya. ,
Adapun firman-Nya xxx menunjukkan keesaan Allah عزّوجلّ. Semua perkara yang wujud dengan kehendak-Nya, apa
yang dikehendaki pasti terjadi, yang tidak dikehendaki tidak terjadi, tidak ada
daya dan kekuatan kecuali dengan Allah عزّوجلّ.
Kesembilan: Firman-Nya:
وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ
Kursi merupakan makhluk Allah عزّوجلّ yang mulia, Allah عزّوجلّ menyifati luasnya meliputi langit dan
bumi. Kursi, makhluk yang mulia dan besar pula ukurannya. Langit dan bumi
bila dibanding dengan Kursi sungguh amat kecil, demikian juga bila Kursi
dibanding dengan Arasy, Kursi amat kecil. Kita bisa mengetahuinya dengan berita
yang disampaikan oleh Abu Dzar رضي الله عنه dia berkata, "Saya memasuki Masjidil Haram, lalu
saya melihat Rasulullah صلى الله عليه وسلم sendirian. Saya duduk mendekati beliau, lalu saya
bertanya, 'Wahai Rasulullah! Ayat apa yang lebih mulia turun kepada engkau?'
Beliau menjawab, Ayat Kursi, tidaklah langit dan bumi bila dibanding dengan
Kursi melainkan bagaikan lingkaran kecil yang dibuang di padang sahara,
sedangkan kelebihan Arasy bila dibanding dengan Kursi seperti luasnya padang
sahara dengan lingkaran gelang yang kecil.'" (Diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dalam
al-Hilyah 1/166 dan Abu Syaikh dalam al-Azhamah, al-Baihaqi dalam al-Asma' wash
Shifat 2/300, 301, dan lainnya; dishahihkan oleh al-Albani dalam Silsilah
ash-Shahihah no. 109)
Apabila orang muslim mengetahui besarnva kekuasaan Allah عزّوجلّ ini, tentu dia akan merendahkan diri dan tunduk
kepada Allah عزّوجلّ, dia beribadah hanya kepada-Nya, dia yakin bahwa
yang berhak sembah hanya Allah عزّوجلّ, dan dia tahu juga bahwa orang musyrik tidaklah
dia benar benar mengagungkan Allah عزّوجلّ. Firman-Nya:
وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعاً قَبْضَتُهُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّماوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ
وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ
Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya
padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari Kiamat dan langit digulung
dengan tangan kanan-Nya Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka
persekutukan. (QS. az-Zumar [39]: 67)
Silakan baca juga Surat Nuh [71]: 13-20.
Maka di mana akal orang musyrik ini? Mereka melampiaskan ketundukan,
pengharapan, rasa takut dan cintanya kepada makhluk yang kecil dan hina, makhluk
itu tidak mampu mendatangkan manfaat dan tidak mampu menolak bala untuk dirinya,
apalagi untuk orang lain. Mereka enggan beribadah kepada Allah عزّوجلّ Pencipta Yang Maha Agung. Maha Suci Allah dari apa
yang mereka persekutukan.
0 comments:
Post a Comment