Kesimpulannya “Wanita bukan manusia”.
Kesimpulan yang di sertai dengan 50 bukti dikerjakan dengan sangat
teliti yang di tulis dalam sebuah risalah dengan judul “Disputatio nova contra mulieres, qua probatureas Homines non esse” atau “A new disputation against women, in which it is demonstrated that they are not human beings”(
Sebuah perdebatan baru terhadap perempuan, di mana hal itu menunjukkan
bahwa mereka bukan manusia). Kesimpulan dengan dasar iman dari Al Kitab
dengan argumentasi Rasional ini jelas membuat kaum wanita meradang dan
Eropa pun memanas. Apabila wanita bukan manusia berarti wanita tidak
dapat di tebus oleh Yesus karena Yesus hanya menebus manusia. Risalah
yang di terbitkan tahun 1595 ini, tidak mencantumkan nama penulis atau
percetakannya. Setelah pemerintah jerman di tuntut untuk mencari
asal-usul risalah itu maka di temukanlah seorang humanis, sarjana muda
yang bernama Valens Acidalius (1567-1595). Ia dianggap sebagai penulis
yang bertanggung jawab terhadap risalah tersebut, Acidalius membantah
secara tegas bahwa ia bukanlah penulisnya. Tak lama setelah itu ia pun
meninggal. Dasyatnya, Eropa sepanjang abad ke-16 sampai dengan abad
ke-17 terus berdebat sengit tentang apakah wanita manusia atau bukan.
Itulah sejarah kelam wanita di Eropa. Sejarah yang mengawali akar pertumbuhan gerakan feminisme di seluruh dunia.
Wanita Jelas Manusia
Sejak abad ke-7 saat Al Quran di turunkan, Al Quran sudah memberikan pernyataan yang sangat tegas.يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Qs Hujurat-13)Allah menciptakan manusia hanya terdiri dari 2 kelompok besar, laki-laki dan wanita. Dari ayat ini jelas kesimpulannya bahwa wanita adalah manusia.
Di masa jahiliyah, sebelum datangnya Islam, wanita memang memilik sejarah yang sangat kelam. Al Quran pun mengabadikan tabi’at mereka,
"..Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu." (An-Nahl : 58-59)
Saking malu dan merasa begitu aibnya karena kelahiran anak wanita, mereka sampai tega menguburnya hidup-hidup.
"Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki." (Asy-Syuraa : 49)
Allah menghapus logika berfikir aneh mereka. Bahwa urusan kelahiran itu mutlak urusan Allah, Ia yang menentukan kepada siapa anak lelaki atau perempuan itu di berikan. Bukankah siapa pun mereka kecuali Adam 'Alahissalam, seperkasa apa pun mereka pastilah terlahir dari rahim seorang ibu ? Rasulullah bahkan mendorong mereka untuk keluar dari persepsi yang keliru tentang keberadaan seorang anak wanita dengan mengatakan,
"Barangsiapa yang diberi cobaan dengan anak-anak perempuan, lalu berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi tabir yang mendindingi dari api Neraka." (HR. Al-Bukhari 1418 dan Muslim - 2629)
Ya…kelahiran anak-anak wanita yang mereka anggap aib itu pun dapat menjadi tabir terhindarnya mereka dari api neraka, asalkan mereka selalu berbuat baik kepada anak-anak perempuan mereka.
Mereka memiliki derajat sama di hadapan Allah Subhanawata’ala….
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (at-taubah : 71)
Posisi Para Wanita di Masa Rasulullah
Lihatlah Khadijah Radhiallahu’anha, isteri Rasulullah sekaligus menjadi wanita yang pertama sekali beriman kepada wahyu yang di turunkan Allah. Wanita pebisnis yang memilih menjadi ibu rumah tangga mengasuh enam orang anaknya. Menyerahkan seluruh hartanya agar di kelola oleh Rasulullah. Mengikhlaskan hartanya untuk jihad fisabilillah.Lihatlah pada perang Uhud, di belakang pasukan Islam terdapat 14 wanita yang bertugas memberi air bagi yang haus, membawa yang terluka keluar dari pertempuran, dan mengobati luka tersebut. Di antara wanita ini adalah Fatimah putri Rasulullah yang juga istri Ali Radhiallahu’anhu. Rasulullah sendiri berada di sayap kiri. Terdapat pula wanita seorang wanita yang melindungi Rasulullah dengan pedangnya Nusaibah binti Ansyariyah, yang di kenal dengan julukan Ummu Umarah. Dia pula 1 dari 2 wanita yang bergabung dengan 70 lelaki Anshar untuk berbai’at kepada Rasulullah di Aqobah.
Lihat pula Ksatria berkuda hitam, Khaulah binti Azur. Dia seorang muslimah yang kuat jiwa dan raga. Sosok tubuhnya tinggi langsing dan tegap. Sejak kecil Khaulah suka dan pandai bermain pedang dan tombak, dan terus berlatih sampai tiba waktunya menggunakan keterampilannya itu untuk membela Islam bersama para mujahidah lainnya.
Nailah binti al-Farafishah adalah istri Khalifah Ustman bin Affan. Dia terkenal cantik dan pandai. Bahkan suaminya sendiri memujinya : "Saya tidak menemui seorang wanita yang lebih sempurna akalnya dari dirinya. Saya tidak segan apabila ia mengalahkan akalku." Subhanallah!
Aisyah ibundanya orang-orang beriman, isteri Rasulullah Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam. Ia adalah gurunya para shahabat dan shahabiyah. Aisyah meriwayatkan 2.210 buah hadist, pada saat ia berusia 18 tahun. Bersamanya terdapat 6 laki-laki lain yang menjadi periwayat hadits terbanyak, Abu Hurairah r.a. meriwayatkan 5374 hadits, Abdullah bin Umar r.a. meriwayatkan 2.630 buah hadits, Anas bin Malik meriwayatkan 2.276 buah hadits, Abdullah ibnu Abbas meriwayatkan 1.660 buah hadist, Jabir bin Abdullah meriwayatkan 1.540 buah hadits, Abu Said AI-Khudri meriwayatkan 1.170 buah hadits.
Masih terlalu banyak kisah wanita-wanita mulia di masa Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam. Hal itu mencerminkan bagaimana Islam memuliakan kaum wanita.
Memposisikan wanita menurut kodratnya. Entah di rumah tangga, atau di area publik mana yang mereka pilih. Mereka selalu menjaga harkat dan martabatnya di mata Allah Subhanawata’ala. Karena mereka juga Manusia.
0 comments:
Post a Comment