1-Mendapatkan pahala yang terus menerus.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam telah memberitahukan hal
ini kepada kita. Dari Abu Mas`ud, Uqbah bin Amru Al-Anshari Radhiyallahu
‘anha ia berkata, rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam
bersabda,
((مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَـهُ
مِثْلُ أَجْــرِ فَاعِلِهِ))[1]
“Barangsiapa menunjukkan
suatu kebenaran (kepada orang lain), maka baginya seperti pahala orang yang
mengerjakan kebaikan tersebut.”
Dan dari
Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anha bahwasanya rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Salam bersabda,
((مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ
مِنَ اْلأَجْرِ مِثْلِ أُجُـوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ
أُجُوْرِهِمْ شَيْئاً))[2]
“Barangsiapa mengajak kepada
hidayah (petunjuk), maka pahala yang didapatnya seperti pahala orang-orang yang
mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun.”
2-Mendapat hidayah dan taufiq dari Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Allah
Subhanahu wa Ta’ala Berfirman,
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا
وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ (العنكبوت: 69)
“Dan
orang-orang yang berjihad karena (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami
tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar
beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut:
69)
Pada ayat
diatas, Allah Subhanahu wa Ta’ala Menjelaskan bahwa hidayah (petunjuk)
itu, bergantung kepada jihad. Sehingga orang yang paling sempurna hidayahnya,
yaitu orang yang paling besar jihadnya. Dan jihad yang paling difardhukan
(diwajibkan), yaitu jihad melawan hawa nafsu, jihad melawan syetan, dan jihad
melawan dunia.
Barangsiapa berjihad karena Allah Subhanahu wa Ta’ala,
niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala Menunjukinya jalan-jalan keridhoan yang
menyampaikannya kepada surga. Dan barangsiapa meninggalkan jihad, ia pasti
kehilangan hidayah sesuai dengan jihad yang ditinggalkannya.[3]
3-Mendapat kecintaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Dari Abu
Hurairah Radhiyallahu ‘anha ia berkata, rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa Salam bersabda, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
Berfirman,
((مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ
إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْـتُهُ عَلَيْهِ، وَمَا
يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى
أُحِبَّهُ...))[4]
“Barangsiapa memusuhi siapapun dari wali-Ku, maka Saya Mengumumkan
peperangan dengannya. Dan tidak ada sesuatu paling Kucinta, yang
dipergunakan hamba-Ku untuk mendekatkan diri kepada-Ku selain hal-hal yang
kuwajibkan atasnya. Hamba-Ku akan senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan
ibadah-ibadah nafilah sampai Saya Mencintainya.”
4-Dicintai dan diterima oleh banyak kalangan.
Hal ini
disebutkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-Nya yang
berbunyi,
إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَنُ وُدًّا (مريم: 96)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah
Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam hati para manusia, rasa kasih sayang
kepada mereka.” (QS. Maryam: 96)
Sedangkan dalam
sebuah hadits, dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anha dari nabi
Shallallahu ‘alaihi wa Salam beliau bersabda,
((إِذَا أَحَبَّ اللَّهُ عَبْدًا نَادَى جِبْرِيلَ: إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ
فُلَانًا فَأَحِبَّهُ، فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ، فَيُنَادِي جِبْرِيلُ فِي أَهْلِ
السَّمَاءِ: إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبُّوهُ، فَيُحِبُّهُ أَهْلُ
السَّمَاءِ، ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ الْقَبُولُ فِي أَهْلِ الْأَرْضِ))[5]
“Jika Allah
Subhanahu wa Ta’ala mencintai seorang hamba, Dia Memanggil Jibril dan Berfirman,
‘Sesungguhnya Allah Mencintai si Fulan, maka cintailah dia’. Lalu Jibril
mencintai si fulan tersebut. kemudian Jibril berteriak kepada seluruh penduduk
langit, ‘Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah Mencintai si Fulan, maka
cintailah ia’, lalu seluruh penduduk langitpun mencintainya. Kemudian si fulan
itu dijadikan diterima dan disukai oleh para penduduk di
bumi.”
5-Doa tulus nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam kepadanya.
Dari Abu
Mas`ud Radhiyallahu ‘anha ia berkata, saya mendengar rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda,
((نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مِنَّا شَيْئًا فَبَلَّغَهُ كَمَا سَمِعَ
فَرُبَّ مُبَلَّغٍ أَوْعَى مِنْ سَامِعٍ))[6]
“Semoga
Allah Subhanahu wa Ta’ala mencerahkan wajah orang yang mendengar hadits dari
kami, kemudian ia menyampaikannya seperti apa yang didengarnya.
Dan
barangkali orang yang diberi hadits itu lebih pandai dari orang yang
mendengar.”
6-Terlindungi dari segala keburukan.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala Berfirman,
إِنَّ اللَّهَ يُدَافِعُ عَنِ الَّذِينَ
ءَامَنُوا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ خَوَّانٍ كَفُورٍ (الحج:
38)
“Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai setiap orang yang berkhianat lagi mengingkari ni`mat.”
(QS. Al-Hajj: 38)
Ayat ini
adalah pemberitahuan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, sekaligus janji dan
kabar gembira kepada orang-orang beriman, bahwasanya Allah Subhanahu wa
Ta’ala pasti melindungi mereka dari segala keburukan. Juga Menjaga mereka
-disebabkan keimanan mereka- dari setiap keburukan orang-orang kafir. Menjaga
mereka dari keburukan tipu daya syetan. Menjaga mereka dari keburukan diri, dan
keburukan amal perbuatan mereka. Semua perlindungan ini akan diperoleh hamba
beriman sesuai dengan kadar keimanannya. Jika imannya besar, perlindungannya
akan besar pula. Jika kadar imannya sedikit, maka perlindungan yang didapatnya
juga sedikit pula.
7-Maraknya suasana keilmuan di berbagai tempat:
Ketika
seorang wanita melakukan dakwah di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala,
tentunya hal ini menyebabkan tersebarnya ilmu dalam bentuk yang lebih luas di
kalangan para wanita. Sebagaimana berdakwah pada lingkup mereka, menyebabkan
para wanita memiliki wawasan keilmuan yang tinggi, sehingga wanita-wanita
lainnya bisa merujuk kepada mereka pada setiap masalah yang mereka temui,
terutama hal-hal yang berkaitan dengan wanita.[7]
8-Munculnya kedudukan mulia bagi wanita:
Keikutsertaan wanita dalam membela agama dan berdakwah ini, membuat
nampak kedudukan mulia para wanita dalam mengajarkan Islam, serta menumbuhkan
kepercayaan tinggi dalam jiwa mereka. Sebab sang wanita yang berdakwah,
merasakan adanya keadilan ilahi dalam masalah yang berkaitan dengan hak dan
kewajiban. Dan tentunya hal ini merupakan bentuk pemuliaan Allah terhadap wanita
agar ikut serta bersama kaum lelaki dalam khilafah Allah Subhanahu wa
Ta’ala di bumi ini.[8]
9-Mengurangi kerusakan yang ada di bumi.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala Berfirman,
وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ
بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَفَسَدَتِ الْأَرْضُ (البقرة: 251)
“Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan
sebahagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini.” (QS. Al-Baqarah:
251)
Juga
Berfirman,
وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ
بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدُ
يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللَّهِ كَثِيرًا (الحج: 40)
“Dan
sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang
lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah
ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama
Allah.”
(QS. Al-Hajj: 40)
10-Mendapatkan kehidupan yang baik.
Allah Subhanahu
wa Ta’ala telah berjanji kepada setiap orang yang menetapi jalan lurus,
bahwa baginya kehidupan yang baik di dunia dan akhirat. Dia Subhanahu wa
Ta’ala Berfirman,
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ
أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً (النحل:
97)
“Barangsiapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik.” (QS. An-Nahl: 40)
Juga
Berfirman,
فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ
وَلَا يَشْقَى (طـه: 123)
“Barangsiapa yang
mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.”
QS.
Thaaha: 123)
0 comments:
Post a Comment